Renungan Menghadapi Kematian
“Seandainya kematian merupakan
tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia
di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang
dinanti-natikan bagi setiap insan… Akan tetapi kenyataannya berbeda…
setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan…”
Kematian Adalah Kepastian
Betapa banyak berita kematian yang
sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa tetangga kita,
kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia,
menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri
kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku,
kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak
ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Ta’ala telah berfirman.
“Setiap jiwa pasti akan mengalami
kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan
disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari
neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia
adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
Allah Ta’ala juga telah berfirman,
“Katakanlah (wahai Muhammad)
sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya pasti akan mendatangi
kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat Yang Maha
Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah
Ta’ala akan memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu
kalian pernah kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)
Saudaraku, kematian itu milik setiap
manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan
bumi mana kah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya,
laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah,
semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah
ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak
akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya
sesaat” (QS. Al A’raf :34)
Saudaraku, silakan berlindung di tempat
manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi
persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari
kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian
itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan. Allah Ta’alaberfirman,
“Dan dimanapun kalian berada,
niscaya kematian itu akan mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung
di balik benteng yang sangat kokoh.” (QS. An Nisa : 78)
Kematian Adalah Rahasia Sang Pencipta
Kematian manusia sudah Allah Ta’ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan manusia. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
proses penciptaan manusia di dalam perut ibu, berlangsung selama 40
hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang
menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40
hari juga. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh
pada janin tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan
: rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi
orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala telah berfirman,
“Sesungguhnya di sisi Allah sajalah
pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang
menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada
di dalam rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan dia kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi
manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan
dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah
kita merasa aman dari intaian kematian…? Siapa yang bisa menjamin bahwa
kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari…? Siapa yang bisa
menjamin kita bisa tertawa esok hari…? Atau…. siapa tahu sebentar lagi
giliran kematian Anda wahai Saudaraku…
Di manakah saudara-saudara kita yang
telah meninggal saat ini…? Yang beberapa waktu silam masih sempat
tertawa dan bercanda bersama kita… Saat ini mereka sendiri di tengah
gelapnya himpitan kuburan… Berbahagialah mereka yang meninggal dengan
membawa amalan sholeh… dan sungguh celaka mereka yang meninggal dengan
membawa dosa dan kemaksiatan…
Faidah Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah
kalian mengingat pemutus kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat
bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)
Ad Daqaaq rahimahullahu mengatakan,
“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh
Allah tiga keutamaan, [1] bersegera dalam bertaubat, [2] giat dan
semangat dalam beribadah kepada Allah, [3] rasaqana’ah dalam hati (menerima setiap pemberian Allah)” (Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar)
Bersegera dalam Bertaubat
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia
adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang
banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa
mengintai. Dia tidak ingin menghadap AllahTa’ala dengan membawa setumpuk dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia akan sesegera mungkin bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Ta’ala. Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya taubat di sisi
Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan
kebodohannya, kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka
itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)
Maksud dari berbuat keburukan karena
kebodohan dalam ayat di atas, bukanlah kebodohan seorang yang tidak
mengetahui sama sekali bahwa apa yang dia kerjakan merupakan sebuah
keburukan. Orang yang berbuat buruk dan tidak mengetahui sama sekali
tidak akan dihukum oleh Allah. Akan tetapi yang dimaksud kebodohan di
sini adalah seseorang yang mengetahui bahwa apa yang dia lakukan adalah
keburukan, namun dia tetap saja melakukannya lantaran dirinya dikuasai
oleh hawa nafsu. Inilah makna kebodohan dalam ayat di atas. (Syarah Qowaidul Arba’ Syaikh Sholeh Fauzan).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan
bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang
luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah)
bagi orang-orang ynag bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)
Giat dan Semangat dalam Beribadah kepada Allah
Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada AllahTa’ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma, “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau
seorang yang sedang menempuh perjalanan yang jauh”,mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika
engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari,
jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore
hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum
datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum
kematian datang menjemputmu.” (HR. Bukhari)
Rasa Qana’ah di Dalam Hati
Allah Ta’ala akan menanamkan rasa qana’ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa qana’ahyang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah. Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah
tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku agar
mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan beliau memerintahkan
aku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan
dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku.
…” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Seseorang yang banyak mengingat
kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan
dunia adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh
Allah, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh pemberian tersebut. Nas’alullaha al afiyah.
Kehidupan setelah Kematian
“Saudaraku, seandainya kematian
merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah
hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira
yang dinanti-natikan bagi setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya
berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan…
kehidupan yang sebenarnya…”
Diantara keimanan kepada hari kiamat
adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan
berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan
Allah Ta’ala yang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan
meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan
barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah,
niscaya dia akan melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Terakhir Saudaraku, jadilah orang yang
cerdas. Orang yang cerdas dalam memandang hakikat kehidupan di dunia
ini. Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata, ‘Aku bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian
mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah,
manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang
paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik
persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)
Sumber : http://daulahislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar